cerpen “Pergi untuk Kembali”


Ini cerpen pertama atau kedua yang aku buat, cerpen ini dibuat sebagai program kegaiatan akhir bersama  keluargaku LJ 2016.  Mungkin masih banyak kekurangan dalam isi cerpennya baik kata-katanya maupun yang lain (harap dimaklumi). Selamat membaca salam literasi :).

Pergi untuk kembali

Oleh Azzam Zukhrofani Iman

Pukul 17.00 pesawat akan segera mendarat, masih teringat jelas lima tahun lalu. Saat diri ini harus pergi meninggalkan ibu seorang diri di rumah dengan penuh rasa sesak didada. Sejak kematian ayah enam tahun silam, semuanya menjadi berubah. Ayah yang setiap hari pergi untuk banting tulang kini harus digantikan oleh ibu. Setiap pagi ibu harus berangkat berladang dan kembali ke rumah sorenya. Ladang merupakan satunya-satunya harta peninggalan ayah bersama dengan rumah kecil berukuran 10×20 meter.

Dari pernikahan ibu dan bapak hanya mempunyai seorang anak saja. Sejak kecil ayah selalu menanamkan sikap untuk selalu jujur, sabar dan sederhana. Beliau sangat marah ketika anaknya berbohong dan bersikap manja. Ayah memang sangat keras dalam mendidik anaknya, tak heran jika tiap saat dia selalu menyampaikan bahwa kamu harus sukses dari ayah maka merantaulah dan jangan kembali ke rumah ini dalam keadaan pecundang dan tak punya apa-apa.

Sejak ayah diusir dari kakek karena menikahi ibu yang merupakan anak petani miskin maka ayah sangat berharap anaknya bisa sukses sehingga menjadikan kebanggaan keluarga. Dulunya saat ayah menikah dengan ibu, kakek sangat menentang keras dan mengancam akan mencoret ayah dari harta warisnya. Namun ayah bersikeras bahwa bukan harta yang ia kejar namun kebahagiaanlah yang selama ini ia dambakan. Walaupun pada akhirnya ayah harus pergi dan tetap menikahi ibu.

Ayah memang sangat pekerja keras dan dia sangat percaya bahwa suatu saat kerja kerasnya akan terbayarkan. Uang hasil kerja ayah itulah kemudian untuk membeli sepetak rumah dan ladang. Terusir dari keluarga besarnya sangat menyakitkan dan sesekali ayah harus mengusap air matanya disaat beliau sedang duduk sendirian.

“Apakah masih terus memikirkan kakek yah?”

“samsul, sejahat-sejahatnya kakekmu dia adalah seorang ayah yang membesarkan anaknya dan sebagai pemimpin keluarga, maka tak elok jika ayah harus dendam dan benci kepada kakekmu sementara dia telah berjasa dalam membesarkan anak-anaknya”, jawab ayah.

Setelah kematian ayah, ibu berusaha bangkit untuk tetap tegar dan berusaha untuk ceria di depanku. Ibu sangat mencintai ayah dialah yang selama ini menjadi penyemangat agar ayah tetap sabar dan selalu membujuk ayah agar terus bersilaturahhmi dengan kakek. Walaupun sampai ayah meninggal ayah belum bertemu kembali dengan kakek. Sungguh malang ayah sudah terusir dari keluarganya sampai meninggalpun tak ada keluarganya yang datang.

“samsul, mengapa pagi-pagi sudah melamun”, ibu mengagetkanku

“engga bu, samsul hanya kepikiran ayah saja”.

”Samsul sebentar lagi kamu akan menghadapai ujian nasional, itu tandanya sebentar lagi kamu akan pergi meninggalkan rumah ini. Ingatlah pesan ayahmu dimanapun kamu berada untuk tetaplah jujur dan rendah hati. Teruslah menjalin silaturahmi dengan keluarga kakekmu dan janganlah kesedihan ayahmu menjadikan kamu sebagai orang pendendam”,

“bu jangan bicara seperti itu”,

“samsul, sekarang kamu sudah besar dan sudah waktunya kamu memilih hidupmu”. Jawab ibu

“bu siapa yang akan menjaga ibu jika samsul harus pergi dari rumah ini, sementara ibu disini sendirian dan siapa yang akan membantu ibu berladang dan merawat ibu jika sakit”, jawabku.

“samsul Allahlah yang akan membantu dan menjaga ibu, maka merantaulah dan merantaulah”, ketus ibu.

Menjelang ujian nasional ada sebuah tawaran beasiswa ke jepang untuk study di Kyushu University disana mensyaratkan untuk membuat essay tentang diri sendiri dan program-program yang akan dilakukan setelah lulus nanti dan mensyaratkan nilai rapot fisika, kimia, matematika dan bahasa inggris minimal 90. Namun juga mensyaratkan dapat berbahasa jepang dan akan dikursuskan beberapa bulan setelah lolos beasiswa nanti. Dengan modal doa dan semangat semua persyaratan dapat dilengkapi dan segera dikirimkan ke lembaga pendidikan Jepang.

Suara burung dan orang yang sedang menyapu membangunkanku. Di jendela terlihat ibu sedang menyapu pekarangan. Sungguh beruntung mempunyai ayah dan ibu dengan berbagai permasalahan yang ada mereka tetap tegar sampai mautpun memisahkan mereka berdua. Jika ayah masih hidup tentu saya sudah dimarahin karena melihat ibu yang menyapu. Dalam keluarga ini mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing, ayah bekerja diladang, ibu memasak dan mengasuh anaknya, dan saya menyapu dan mencuci pakaian.

“kamu sudah bangun to sul?”

“sudah bu, hari ini saya pulangnya sore ada les tambahan”

“ibu sudah menyiapkan makanan dimeja dan habis itu nanti bawa kotak makanan untuk dibawa buat makan siang kamu”.

            “mas,,,, mas,,, ini kopi pesanannya”

            “Aaada apa mba?”, jawabku dengan gelagapan

            “ini kopi pesanan mas tadi, maaf mengagetkan mas”, jawab pramugari.

Tak sadar ternyata sudah 10 menit saya melamun dan sebentar lagi pesawat akan segera mendarat.

            “Para penumpang yang terhormat, sesaat lagi kita akan mendarat di Bandar Udara internasional Jakarta SOEKARNO-HATTA. Kami persilahkan kepada anda untuk kembali ke tempat duduk anda masing-masing, menegakan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja-meja kecil yang masih terbuka di hadapan anda, dan mengencangkan sabuk pengaman. Akhirnya kami seluruh awak pesawat nion Air di bawah pimpinan kapten Anton mengucapkan terima kasih telah terbang bersama kami, dan sampai jumpa di lain penerbangan lain waktu. Terima kasih.”.

            “jakarta i’am coming”

Sudah lima tahun berpetualang di negeri orang, sekarang waktunya buat meghabiskan dan berbakti pada tanah air tercinta ini.

            “samsulllll”, suara dari jauh yang tak asing saya dengar

            “ibu,,,,,,,”

            “kamu akhirnya pulang nak, sekarang kamu sudah besar”, jawab ibu

            “ibu dari siapa saya pulang hari ini?”

            “ibu dari pak dedi, dialah yang selama ini memberitahukan kabar kamu selama di jepang dan beliau sering membantu ibu”,jawab ibu

            “sekarang dimana pak dedi bu?”

            “beliau menitipkan pesan bahwa beliau tidak bisa menjemput kamu karena ada pekerjaan dari kantor”.

Pak dedi bekerja di sebuah lembaga pendidikan jepang yang bertugas mencari para penerima beasiswa yang punya kapabilitas tinggi di berbagai pelosok tanah air. Saya mengenal beliau sejak dinyatakan saya lolos beasiswa dan diundang beliau ke jakarta. Beliaulah yang selama ini terus menyemangati dan memotivasi saya dan karena paksaaan beliualah saya disuruh untuk kembali pulang dan menemui ibu.

             Sesampai di depan rumah, saya kaget rumah yang dulu saya tempati kini tampak berubah. Rumah yang dulu begitu lusuh dan terlihat kumuh kini sudah nampak rapi dengan cat biru yang menghiasi dinding. Setelah saya meninggalkan rumah dan merantau di negeri orang, kakek mencari ayah dan beliau sangat menyesal atas perlakuannya dulu dan atas permintaan kakeklah rumah ini di perbaiki seperti tampak sekarang. Namun yang membuat saya sedih adalah setelah satu bulan sejak rumah ini diperbaiki kakek sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit walaupun akhirnya kakek tidak dapat tertolong lagi. Kakek mewasiatkan agar dimakamkan di samping makam ayah.

            Ayah, saya sangat bangga punya ayah yang seperti engkau. Atas kesabaranmulah akhirnya semuanya menjadi manis. Kakek yang dulu pernah mengusir engkau dan akhirnya datang dengan penuh penyesalan. Dan tahukah engkau yah saya kembali pulang seperti yang sudah ayah perintahkan saya pulang tidak menjadi seorang pecundang namun saya pulang dengan penuh kebahagiaan. Kerja keras dan nasehat-nasehatmulah menjadi obat yang mengantarkan samsul menjadi seperti sekarang. Terima kasih ayah sekarang samsul harus kembali ke rumah walaupun samsul hanya melihat papan nisan makam ayah,  semoga ayah tenang di alam sana.

            Dari kejauhan, tampak ibu sedang gusar di depan rumah, entah apa yang terjadi di dalam rumah. Ibu memanggil saya dan memberitahukan bahwa ada tamu di rumah, tanpa pikir panjang saya masuk ruang tamu dan sangat kaget ketika di ruang tamu ada orang yang selama ini sangat berjasa besar.

            “pak dedi,,,,”

            “maaf samsul, bikin kaget kamu. Dan minta maaf juga bapak kemarin tidak dapat menjemput kamu di bandara karena sedang ada tugas kantor mengurus pertemuan para penerima beasiswa”, pak dedi menjawab

            “tidak apa-apa pak, justru saya yang harus minta maaf  ke bapak dan berterima kasih karena sejak saya diterima beasiswa, bapaklah yang selama ini membantu keluarga kami. Saya sangat berterima kasih”.

            “samsul ini sudah menjadi tugas bapak, dengan tugas ini pula bapak belajar dari kalian karena dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan namun kalian bisa membuktikan bahwa semangat dan kerja keras kalian pada akhirnya yang mengantarkan kalian menuju kesusksesan di samping itu pula doa dari bapak ibu kalian sangat berperan besar. Kedatangan bapak kesini adalah untuk bersilaturahmi dan juga meminta samsul untuk menggantikan bapak karena sebentar lagi bapak akan pensiun dan bapak sangat percaya bahwa samsul adalah orang yang tepat buat menggantikan bapak”, jawab pak dedi.

            Berat rasanya harus memikul tanggung jawab ini namun semangat dan kerja keras yang  ayah ajarkan dan juga ibu yang selama ini berkorban besar setelah kepergian ayah dan motivasi yang terus diberikan pak dedi menjadi modal yang cukup dan saya harus membuktikan bahwa saya bisa mengemban amanah ini dan terus berbakti pada negeri ini dengan mencari para pemuda yang punya semangat besar untuk belajar yang akan menjadi para pemimpin masa depan.

 

Tinggalkan komentar